Dilihat 0 Kali

06_333_Screenshot 2025-12-08 124803.png

Selasa, 11 November 2025 12:47:00 WIB

Gelar Sharing Session, Prof. Axel Kilian Bedah Sistem Pendidikan dan Tantangan Akademik di Jerman

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga sukses menyelenggarakan kegiatan Sharing Session International Vising Professor bertajuk "About Education System in Germany" pada Selasa (11/11). Acara ini menghadirkan narasumber ahli, Prof. Axel Kilian dari Universitas Marburg, Jerman, dan dihadiri oleh para dosen dari berbagai departemen, termasuk Matematika, Biologi, Fisika, Arsitektur dan Informatika.

Dalam sesi ini, Prof. Kilian memaparkan secara mendalam struktur unik sistem pendidikan di Jerman yang bersifat federal. Berbeda dengan negara lain yang terpusat, pendidikan di Jerman dikelola oleh 16 negara bagian (Federal States), sehingga kurikulum antar wilayah memiliki perbedaan.

 

Sistem Pendidikan Berjenjang dan Vokasi

Prof. Kilian menjelaskan bahwa setelah menempuh pendidikan dasar (Primary School), siswa di Jerman diarahkan ke dua jalur utama: Secondary School 1 (hingga kelas 10) yang menyiapkan siswa untuk pelatihan kejuruan, dan Secondary School 2 (hingga kelas 12/13) yang diakhiri dengan kualifikasi Abitur untuk masuk universitas.

Salah satu sorotan utama dalam diskusi adalah sistem pendidikan vokasi atau Dual Training. "Sistem ini sangat umum di Jerman, di mana siswa menghabiskan waktu tiga hari untuk praktik di perusahaan dan dua hari untuk teori di sekolah," jelas Prof. Kilian. Hal ini memastikan lulusan memiliki keterampilan praktis yang siap pakai di dunia kerja.

 

Transisi Diploma ke Bachelor dan Kualitas Akademik

Diskusi berkembang hangat ketika membahas transisi sistem pendidikan tinggi dari Diploma ke Bachelor/Master akibat Bologna Process. Prof. Kilian memberikan pandangan kritis bahwa bagi bidang ilmu murni seperti Matematika dan Fisika, sistem Bachelor terkadang dianggap terlalu singkat untuk mendalami materi yang kompleks dibandingkan sistem Diploma terdahulu.

Terkait kualitas pendidikan tinggi, Prof. Kilian menekankan prinsip sederhana namun fundamental: "Kunci pendidikan tinggi yang berkualitas adalah mempekerjakan profesor yang baik."

 

Tantangan Teknologi dan Kurikulum Informatika

Sesi tanya jawab juga menyoroti isu kurikulum dan teknologi terkini. Menanggapi pertanyaan dari departemen Informatika, Prof. Kilian menyarankan agar pengajaran pemrograman bagi pemula sebaiknya tidak langsung menggunakan bahasa berorientasi objek seperti Java, melainkan bahasa prosedural untuk melatih logika berpikir mahasiswa.

Prof. Kilian juga memberikan peringatan keras terkait penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam pendidikan. Ia menilai penggunaan alat seperti ChatGPT untuk tugas pemrograman sebagai bentuk kecurangan. "Model bahasa besar seperti GPT ibarat 'parrot global' yang hanya mengulang informasi dan berpotensi menghasilkan kesalahan, sehingga penggunaannya harus diwaspadai dalam konteks akademik yang membutuhkan presisi," tegasnya.

Acara ditutup dengan sesi foto bersama dan diskusi informal antar dosen. Kunjungan ini diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi para akademisi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga mengenai dinamika pendidikan global serta peluang kolaborasi riset di masa depan.