Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga sukses
menyelenggarakan kegiatan Sharing Session International Vising Professor
bertajuk "About Education System in Germany" pada Selasa
(11/11). Acara ini menghadirkan narasumber ahli, Prof. Axel Kilian dari
Universitas Marburg, Jerman, dan dihadiri oleh para dosen dari berbagai
departemen, termasuk Matematika, Biologi, Fisika, Arsitektur dan Informatika.
Dalam sesi ini, Prof. Kilian memaparkan secara mendalam struktur
unik sistem pendidikan di Jerman yang bersifat federal. Berbeda dengan negara
lain yang terpusat, pendidikan di Jerman dikelola oleh 16 negara bagian (Federal
States), sehingga kurikulum antar wilayah memiliki perbedaan.
Sistem Pendidikan Berjenjang dan Vokasi
Prof. Kilian menjelaskan bahwa setelah menempuh pendidikan dasar (Primary
School), siswa di Jerman diarahkan ke dua jalur utama: Secondary School
1 (hingga kelas 10) yang menyiapkan siswa untuk pelatihan kejuruan, dan Secondary
School 2 (hingga kelas 12/13) yang diakhiri dengan kualifikasi Abitur
untuk masuk universitas.
Salah satu sorotan utama dalam diskusi adalah sistem pendidikan
vokasi atau Dual Training. "Sistem ini sangat umum di Jerman, di
mana siswa menghabiskan waktu tiga hari untuk praktik di perusahaan dan dua
hari untuk teori di sekolah," jelas Prof. Kilian. Hal ini memastikan
lulusan memiliki keterampilan praktis yang siap pakai di dunia kerja.
Transisi Diploma ke Bachelor dan Kualitas Akademik
Diskusi berkembang hangat ketika membahas transisi sistem
pendidikan tinggi dari Diploma ke Bachelor/Master akibat Bologna
Process. Prof. Kilian memberikan pandangan kritis bahwa bagi bidang ilmu
murni seperti Matematika dan Fisika, sistem Bachelor terkadang dianggap terlalu
singkat untuk mendalami materi yang kompleks dibandingkan sistem Diploma
terdahulu.
Terkait kualitas pendidikan tinggi, Prof. Kilian menekankan prinsip
sederhana namun fundamental: "Kunci pendidikan tinggi yang berkualitas
adalah mempekerjakan profesor yang baik."
Tantangan Teknologi dan Kurikulum Informatika
Sesi tanya jawab juga menyoroti isu kurikulum dan teknologi
terkini. Menanggapi pertanyaan dari departemen Informatika, Prof. Kilian
menyarankan agar pengajaran pemrograman bagi pemula sebaiknya tidak langsung
menggunakan bahasa berorientasi objek seperti Java, melainkan bahasa prosedural
untuk melatih logika berpikir mahasiswa.
Prof. Kilian juga memberikan peringatan keras terkait penggunaan Artificial
Intelligence (AI) dalam pendidikan. Ia menilai penggunaan alat seperti
ChatGPT untuk tugas pemrograman sebagai bentuk kecurangan. "Model bahasa
besar seperti GPT ibarat 'parrot global' yang hanya mengulang informasi dan
berpotensi menghasilkan kesalahan, sehingga penggunaannya harus diwaspadai
dalam konteks akademik yang membutuhkan presisi," tegasnya.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama dan diskusi informal antar
dosen. Kunjungan ini diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi para akademisi Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga mengenai dinamika pendidikan global
serta peluang kolaborasi riset di masa depan.