Workshop Penguatan Kesehatan Mental bagi Mahasiswa
.jpeg)
Workshop Penguatan Kesehatan Mental bagi Mahasiswa
Dalam rangka menjadikan generasi muda yang memiliki jiwa yang kuat dan menjadi hamba yang tidak mudah berputus asa, Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan "Workshop Penguatan Kesehatan Mental bagi Mahasiswa". Acara tersebut menghadirkan narasumber Agustiningsih, S.Kep., M.Kep. selaku dosen keperawatan jiwa STIKES Bantul dan dipandu oleh moderator Izmil Nauval Abd. Khabiir, Mahasiswa Pendamping (MP) Program Pendampingan Keagamaan dan Keindonesiaan (PPKK) Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan di gedung Convention Hall pada Sabtu (02/12/2023) pukul 08.30 - 11.30 WIB.
Kegiatan workshop ini merupakan hasil dari rencana tindak lanjut terkait isu-isu bunuh diri yang kini marak terjadi di kalangan mahasiswa. Acara dimulai dengan sambutan yang disampaikan oleh Fathorrahman. S.Ag., M.Si. selaku Wakil Dekan 3 Fakultas Saintek. Dalam sambutannya, Fathorrahman mengatakan bahwa setiap kita pasti punya masalah, tapi bagaimana caranya agar kita tidak lari dari masalah itu. Sebagaimana firman Allah yang memiliki arti : “Katakanlah, ‘wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang’.” Fathurrahman juga menyayangkan masih banyak orang yang berputus asa dan mengambil jalan yang tidak etis.
Harapan dari diadakannya workhsop ini adalah “Semoga workshop ini bisa menjadikan kita sebagai mahasiswa yang kuat mentalnya dan masuk kedalam persoalan yg baik (اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ) dan bagaimana kita keluar dengan cara yang baik (اَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ) sehingga kita diberi Tuhan kekuatan yang menolong (اجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا)”, ujar Fathorrahman.
Dalam pemaparan pemateri, generasi muda dari usia 18-25 tahun adalah kelompok yang kerap menjadi pengidap gangguan kesehatan mental. Sebanyak 64% generasi muda mengalami masalah kecemasan dan 61,5% diantaranya mengarah kepada gejala depresi. Menurut pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI menyebutkan bahwa angka kematian karena bunuh diri di tahun 2023 dari bulan januari- oktober mencapai 971 kasus sudah melebihi dari tahun sebelumnya yang berjumlah 900 kasus.
Mahasiswa adalah orang yang masuk dalam kelompok generasi muda yang rentan terkena gangguan kesehatan mental. Belakangan ini juga marak terdengar kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia. Penyebab kasus bunuh diri mahasiswa adalah tekanan yang kompleks dan pengaruh media sosial, di mana generasi digital dapat melakukan sesuatu dengan instan tanpa adanya proses termasuk komunikasi dengan orang lain. Hal itu mengakibatkan generasi muda tidak terlatih berkomunikasi dan meluapkan perasaan ketika menghadapi persoalan, sehingga memutuskan untuk mencari jalan keluar sendiri. Banyak faktor yang dapat memicu munculnya ide bunuh diri pada mahasiswa seperti masalah kesehatan, faktor keluarga, pelecehan seksual, masalah pertemanan, persoalan ekonomi, persoalan akademik dan lain-lain.
Pentingnya mengenal kesehataan mental bisa dimulai dengan mengenali ciri-ciri awal dari Mental Illnes itu sendiri, seperti mudah marah, merasa putus asa, merasa rendah diri, cemas, dan khawatir yang berlebihan, yang mana apabila hal-hal tersebut tidak dapat dikendalikan akan menyebabkan Mental Illnes. Beberapa penyakit mental yang sering diderita oleh mahasiswa adalah, gangguan makan, kecemasan, depresi hingga bunuh diri. Maka penting untuk mengetahui gejala dan tindakan pencegahan dari hal-hal tersebut baik untuk dari sendiri maupun orang lain seperti teman, dan lingkungan sekitar.
Penguatan kesehatan mental dapat dilakukan baik secara pribadi maupun secara bersama (together). Penguatan mental secara pribadi dapat dilakukan dengan
- Menghargai diri sendiri
- Mengelola stress, dengan cara :
- Bersosialisasi
- Menetapkan tujuan yang realistis, dengan cara mencintai diri sendiri dan tidak membandingkan dengan orang lain
- Tidak malu atau enggan untuk berkonsultasi dengan profesional.
Penguatan kesehatan mental juga dapat dilakukan bersama-sama “Together” , hal ini dilakukan bersama dengan lingkungan sekitar untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman. Cara yang dapat dilakukan antara lain
- Meningkatkan Mental Health Awareness (kepedulian terhadap kesehatan mental)
- Speak up tentang Mental Health
- “hadir” untuk orang yang memiliki masalah Mental Health
- Melatih kepekaan dan empati terhadap kondisi orang lain, dengan Support mental dan sharing feeling
- Memberikan dukungan kepada organisasi yang bergerak di bidang kesehatan mental
- Membangun iklim akademik yang lebih humanis dan mengembangkan layanan kesehatan mental yang ada di kampus.
Agustiningsih juga berpesan kepada seluruh peserta workshop yang hadis untuk selalu melibatkan tuhan dalam kehidupan, karna salah satu penyebab terbesar dari gangguan jiwa adalah tidak menghadirkan Tuhan dalam kehidupan. Dalam pesan penutupnya Ani berpesan tiga hal, yaitu cintai diri sendiri, cintai orang lain, dan cintai lingkungan.