Studium General: Kontekstualisasi Fiqih Peradaban di Era Digital

Studium Generale: Kontekstualisasi Fiqih Peradaban di Era Digital
Program Pendampingan Keislaman dan Keindonesiaan (PPKK) Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga melaksanakan sebuah kegiatan bertajuk “Studium Generale: Kontekstualisasi Fiqih Peradaban di Era Digital” pada Sabtu, 10 Juni 2023. Bertempat di Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lebih dari 200 mahasiswa semester 2 Fakultas Sains dan Teknologi turut hadir sebagai peserta. Bertindak sebegai pemateri adalah Drs. Hairus Salim, M.Hum. (Ketua Lakpesdam PWNU DIY) dan Dr. Jazilus Sakho’. M.Ag. (Wakatib PWNU DIY) yang dibersamai Ustadz Tajul Muluk, M.Ag. (Alumni UIN Sunan Kalijaga) sebagai moderator.
Drs. Hairus Salim melontarkan sebuah pertanyaan di tengah materi “Apa makna rabbi zidni ilma” tanpa praktik membaca buku? Dari mana datangnya ilmu? Apakah ilmu laduni?
Sains dan Teknologi sangat minor di kalangan umat islam.
Sains dan Teknologi memberikan banyak manfaat dan mampu menyelesaikan berbagai masalah, yang agama tidak sanggup mengatasinya. Contoh kasus yang disampaikan oleh pemateri adalah seorang yang hendak mencuri di sebuah masjid –tempat yang mulia. Namun niat mencurinya itu ia urungkan setelah melihat masjid tersebut dipasangi cctv. Seorang itu tidak jadi mencuri setelah tahu masjid itu dipasangi cctv, bukan karena takut akan balasan yang ia akan terima karena telah melanggar aturan agama.
Namun Sains dan Teknologi juga dapat membantu dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam praktik beragama. Contohnya adalah pengguanaan teleskop dalam pengamatan hilal awal bulan untuk menentukan masuknya bulan hijriah, atau penggunaan aplikasi di telepon genggam untuk menetukan arah kiblat ketika hendak melaksanakan salat.
Umat islam cenderung sangat relijius, ilmu-ilmu agama lebih dominan dibandingkan ilmu sosial apalagi ilmu sains. Sehingga, persepktif relijius lebih dominan pengaruhnya dalam memandang sebuah masalah dibandingkan perspektif sains. Pandangan terkait sains lebih banyak bersifat nostalgia pada kejayaan masa lalu. Zaman Abbasiyah, ketika islam menjadi kiblat ilmu pengetahuan bagi seluruh dunia.
Saat ini umat islam hanya menjadi konsumen dalam sains dan teknologi. Umat islam hanya memandang sains dan teknologi sebagai alat. Bahkan, seringkali umat islam memandang sains dan teknologi dengan penuh kecurigaan, prasangka dan menganggapnya sebagai konspirasi. Lebih jauh lagi, dengan dalih keagaaman muncul di kalangan umat islam sikap anti sains yang membuat umat islam sendiri semakin tertinggal dibandingkan peradaban lainnya.
Penulis:
Qonita Nadya R dan Tim PPKK Saintek